Senin, 11 Juni 2012

Dampak Inflasi dan Pencegahannya

Apa itu inflasi? 
Inflation is a rise in the general level of prices of goods and services in an economy over a period of time. When the price level rises, each unit of currency buys fewer goods and services; consequently, inflation is also an erosion in the purchasing power of money – a loss of real value in the internal medium of exchange and unit of account in the economy. A chief measure of price inflation is the inflation rate, the annualized percentage change in a general price index (normally the Consumer Price Index) over time. Inflation is when prices continue to creep upward, usually as a result of overheated economic growth or too much capital in the market chasing too few opportunities. Usually wages creep upwards, also, so that companies can retain good workers. Unfortunately, the wages creep upwards more slowly than do the prices, so that your standard of living can actually decrease.
Inflasi adalah kenaikan harga-harga atas barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu. Ketika harga naik, maka nilai selembar uang kertas atau sekeping uang logam menjadi turun. Inflasi adalah ketika harga-harga terus merangkak naik sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi atau terlalu banyaknya uang yang beredar di pasaran. Biasanya ditandai dengan naiknya gaji-gaji karyawan. Sayangnya kenaikan gaji tersebut tidak secepat kenaikan harga-harga kebutuhan pokok baik berupa barang dan jasa sehigga pada dasarnya standar hidup anda menurun. Dampak negatif dari Inflasi adalah menyebabkan barang-barang menjadi langka dipasaran karena para konsumen cemas dengan kenaikan harga barang di keesokan harinya sehingga mereka terkena syndrom "hoarding of goods" ( menimbun barang-barang/penimbunan ). Karena mereka lebih tenang menyimpan barang-barang kebutuhan daripada uang. Karena berganti bulan berganti pula harga sehingga menyimpan uang sama dengan menyimpan masalah. Hal ini seperti ini sedang terjadi di Zimbabwe saat ini. Sungguh sangat mengerikan dampak dari hyperinflasi ini. 

TABEL INFLATION RATE INDONESIA

Dari tahun 1980 hingga 2008, tingkat inflasi tahunan rata-rata di Indonesia adalah 11,1%. Dalam kurun waktu tersebut, tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998, yaitu 77,5% yang disebabkan oleh krisis moneter yang melanda negeri ini. Apa dampak inflasi terhadap harga-harga di pasaran? Coba kita buat gambaran secara umum, tidak perlu pakai istilah ekonomi yang susah. Saat ini (2009) kalau kita makan siang di warung, harga sepiring nasi plus lauk ( telur ) adalah Rp.5000. Kalau plus teh manis jadi 6 ribu rupiah. Coba anda ingat baik-baik harga sepiring nasi 5 tahun atau 10 tahun yang lalu katakanlah tahun 1999. Waktu itu saya masih kuliah di Semarang, sepiring nasi rames dengan telur masih antara 1500 rupiah sampai dengan 2000 rupiah dan bayar kos-kosan masih 25 ribu perbulan. Katakanlah saat ini usia anda 30 tahun dan bekerja di perusahaan swasta. Anda masih memiliki 25 tahun masa kerja sebelum pensiun. Dengan asumsi tingkat inflasi sebesar 11.1% pertahun maka harga sepiring nasi yang sekarang 6000 Rupiah, maka 25 tahun lagi saat anda pensiun, harga sepiring nasi menjadi 75 ribu Rupiah. Angka tadi baru hasil perkiraan minimum setelah saya kalkulasi dengan Excel. Bisa jadi harga sepiring nasi 100 ribu rupiah. Mengejutkan sekali bukan? Kalau saat ini untuk biaya makan sebulan Rp.1.500.000 , maka 25 tahun lagi biaya untuk makan menjadi Rp.18.300.000 perbulan. Itu baru untuk kebutuhan hidup pokok yaitu makan. Berapakah total biaya yang anda habiskan perbulan saat ini? Rata-rata saat ini untuk hidup layak, dibutuhkan sekitar 5 juta perbulan. Itu sudah layak dengan catatan anda tidak memiliki hutang sehingga anda bisa menabung. 25 tahun yang akan datang setidaknya untuk bisa hidup dengan standard hidup layak, andak membutuhkan penghasilan sebesar 60 juta perbulan. Apakah saat ini anda ikut program JHT atau semacam program pensiun? Berapa kira-kira yang akan anda dapat saat pensiun nanti? Cukupkah untuk memenuhi kebutuhan hidup anda sebulan? Tentu sebagian besar akan ragu dan pesimis. 

Saat ini kita tidak perlu membahas kelemahan uang kertas atau menyalahkan penggunaan uang kertas, yang paling penting saat ini adalah bagaimana caranya mengamankan harta kita dari dampak inflasi. Tentunya dengan investasi. Bisa berinvestasi dengan saham, tanah, ataupun emas. Harga tanah tiap tahun juga mengalami kenaikan, kalau anda tidak bermaksud menjual anda pun bisa menyewakannya atau memfungsikan untuk agrobisnis. Kalau anda membeli emas, maka bisa dipastikan harga emas makin mahal. Mahalnya emas bisa disebabkan oleh makin langkanya sumber daya emas, tidak imbangnya supply dan demand, dan tidak percayanya masyarakat terhadap uang kertas. Dan besarnya kenaikah harga emas bisa diluar perkiraan kita, karena emas merupakan sarana lindung nilai ( Hedging ) dan pembelinya adalah masyarakat di seluruh dunia bahkan bank-bank central memborong emas untuk cadangan devisa negara mereka. Emas mendapat gelar Zero Inflation. Karena nilainya tetap dari masa ke masa. Zaman Nabi 2000 tahun yang lalu harga seekor kambing 1 Dinar, sekarang masih 1 Dinar. Sama bukan? Karena dinar itu emas. Saran saya, berpikirlah kedepan. Siapkan tabungan hari tua, pendidikan anak, dan masa depan keluarga dengan berinvestasi. Pilihlah jenis investasi yang resiko kerugiannya kecil bahkan bisa dikatakan aman, yaitu menabung emas Logam Mulia 24K bersertifikat ANTAM.

Pembelian tidak harus tunai, bisa dicicil, aman, melibatkan Bank-bank Syariah, tanpa bunga dan Margin Harga...ask me how???
HP. 0813-21034466 or add pin BB : 20F8537E

Tidak ada komentar:

Posting Komentar